Proses
digitalisasi sinyal analog dimulai dengan membgi sinyal asli kedalam cuplikam
berjalak sama seperti ditunukan dalam Gambar 1 . Skema pencuplikan ini disebut
Modulasi Amplitudo Pulsa ( pulse Amplitude Modulation, PAM ).
Gambar 1 (a) sinyal m(t) yang akan
dicuplikan. (b) fungsi pencuplikan S(t) yang terdiri atas runtun pulsa denga
lebar pulsa yang sangat sempit . (c) operasi pencuplikan yang dibentuk dalam
pengali.(d) Pencuplikan sinyal m(t) .
Sinyal bidang
dasar m(t) yang akan dicuplik seperti ditunjukkan dalam Gambar 1(a) . Runtun
periodik pulsa S(t) dengan amplitudo satu dan peride Ts seperti Gambar 1 (b) .
Pulsa-Pulsa tersebut mempunyai lebar pulsa dt yang sangat sempit .
Kedua sinyal m(t)
dan S(t) kemudian dilewatkan pada pengali ( multiplier ) seperti ditunjukan
pada gambar 1 (c) yang memberikan luaran perkalian dalam ( product ) S(t)m(t) .
Hasil perkalian dalam ini terlihat dalam Gambar 1 (d) dimana sinyal m (t)
dicuplik pada tiap kemunculan pulsa .
Bahwa tinggi pulsa
sama dengan nilai amplitudo m (t) dan selang diantara pulsa yang satu dengan
yang lainnya memberikan luaran sama dengan nol .
Untuk menentukan jumlah minimum pencuplikan yang digunakan untuk mendapatkan kembali sinyal asli dengan bail di penerima , maka digunakan teorima pencuplikan yang dikembangkam oleh Nyquist , maka frekunsi pencuplikan , fs ≥ 2fm.
Terdapat dua jenis
pencuplikan yaitu pencuplikan alami ( natural sampling ) dan pencuplikan
datar-atas ( flat-top sampling ). Dalam pencuplikam alami , gelombang
pencuplikan S(t) terdiri atas runtun pulsa yang mempunyai durasi t dan dipisahkan
oleh waktu pencuplikan Ts .
Sinyal bidangdasar m(t) dan sinyal tercuplik S(t)m(t) ditunjukkan dalam gambar 2 . Amati bahwa sinyal terdiri atas pulsa-pulsa yang bervariasi amplitudonya dimana bagian atasnya tidak datar tetapi mengikuti bentuk gelombang sinyal m(t).
Jenis-jenis pulsa yang ditunjukan dalam Gambar 2(c) , dengan kontur bagian atasnya mengikuti bentik gelombang dari sinyal m(t) , tidaklah selalu digunakan . Selain dengan pencuplikan alami , pulsa-pulsa dengan kontur bagiam atas daar ( flat-topped) sering juga digunakan sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 3.
Pulsa-pulsa denga
bagian atas datar ini mempunyai amplitudo yang konstan yang dihasilkan oleh
nilai cuplikan sinyal pada titik yang sama dalam selang interval . Pada Gambar 2 (a)
terlihat bahwa sinyal tercuplik bervariasi pada awal setiap pulsa .
Dalam jenis
pencuplikam seperti ini sinyal bidangdasar m(t) tidak dapat sepenuhnya dapat
dipulihkan dengan melewatkan pencuplikan melalui Tapis Pelewat Frekuensi Rendah
( Low Pass Filter, LPF ) . Pencuplikan dengan kontur atas yang datar memiliki
kelebuhan dapat menyederhanakan desain rangkaian elektronika yang digunakan
untuk membentuk operasi pencuplikan .
Metode pemulihan
(recovery) sinyal melalui penahanan (holding) ditunjukkan dalam Gambar 4 ,
dimana sinyal bidangdasr m(t) dan pulsa-pulsa dengan kontur atas yang datar
diperlihatkan . Pada penerima akhir dan setelah demultipleksing , pulsa-pulsa
cuplikannya akan diperlebar, yaitu nilai cuplikan setiap sinyal bidangdasar
ditahan sampai muncul cuplikan berikutnya dari sinyal bidang dasar yang sama .
Operasi ini ditunjukkan dalam Gambar 4 dimana pelebaran garis patah-patah dari pulsa-[ulsa cuplikakan . Gelombang luarannya adalah gelombang anak tangga yang naik dan turun dengan tanpa selang yang kosong .
Gambar 4 Ilustrasi operasi penahanan
Operasi penahanan
dapat dibentuk seperti ditunjukkan dalam Gambar 5 . Saklar S beroperasi secara
sinkron dengan kemunculan setiap cuplikan . Saklar ini , senatiasa terbuka ,
tertutup setelah kemunculan tepi depan dari pulsa pencuplikan dan terbuka dalam
tepi akhir . Penguat (amplifier) mempunyai impedansi luaran rendah .
Karena pada
penutupan saklar , kapasitor C termuati dengan tiba-tiba sebanding dengan
tegangan setiap cuplikan , kapasitor akan mempertahankan tegangan ini sampai operasi
ulang cuplikan berikutnya .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar