unsplash.com/nugroho |
Oke Lurs,
Pada kali ini, kita akan bercerita tentang daerah asalku, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta. Nah, panggilan akrabnya itu Jogja. Ada 4 kabupaten dan 1 kotamadya.
Letaknya Jogja sendiri ada disebelah selatan gunung Merapi. Kalian pasti tahu, dan kenal dengan gunung Merapi. Aku yakin masih ingatlah, dulu saat masih usia anak-anak, gunung Merapi selalu muncul dalam tayangan televisi. Ceritanya saja sih, tentang Mak Lampir.
Serial drama yang mengisahkan penghuni gunung dan salah satu golongan hitam. Kalau yang aku suka itu, gayanya Kalagondang, gaya tertawa dan kecerdikannya sangat mantap. Walaupun sudah tua, tapi lincah gerakan ke arah manapun.
unsplash.com/fakhrilabib |
Oke, kita beralih ke yang lain. Di Jogja sendiri, ada tugu Pal, yang berwarna putih dan berhias warna emas. Letaknya diantara keraton Yogyakarta dan gunung Merapi, sejajar lurus. Tugu Pal ini menjadi simbol dari Yogyakarta, sekaligus kebanggaan tersendiri bagi masyarakat.
Sekarang ini, tugu Jogja sudah direhab. Pemandangan menjadi semakin asyik dan indah. Dulu sih ada mitos, kalau ada orang yang berfoto dengan tugu, rasanya ingin kembali berkunjung ke Jogja lagi. Boleh tuh , dicoba yaa, panoramanya epik banget kok.
Di sebelah selatan tugu, ada banyak angkringan. Kalian bisa makan dimana saja, selama angkringan buka dan persediaan masih ada, ya. Harga itu bervariasi, tergantung jenis makanan. Terkadang satu tempat dengan lainnya berbeda. Tapi tetap sama-sama ramai.
Angkringan favoritku itu ada di depan hotel 101. Kalian bisa deh, mencoba berkunjung ke sana. Harganya menurutku lebih terjangkau, dan insyaallah kenyang. Aku pernah juga mencoba di tempat lain, setelah kenyang, kami mau pulang. Pas membayar itu kaget, makanan yang kami makan itu tidak banyak, tapi harganya lebih fantastis mahal.
unsplash.com/sucimelia |
Boleh juga dicoba kopi jos. Letaknya dekat dengan pintu rel kereta, sebelum masuk ke Malioboro. Kopinya itu hitam pekat, karena ada campuran arang kayu yang panas. Rasanya ya seperti itu, ada pahit-pahitnya.
Sudah kenyang belum nih, kalau sudah kita akan berjalan-jalan lagi ke Malioboro.
Malioboro itu tempat paling favorit. Kata kebanyakan orang, belum main ke Jogja, kalau belum mampir ke Malioboro.
Kenapa nih..?
Di Malioboro sendiri, sudah menjadi ikonik Jogja yang sangat dirindukan. Suasana yang adem, ayem, tentram, membuat hati betah. Rasa lelah pun terasa hilang, meskipun sudah berjalan-jalan jauh.
Area Malioboro saat ini, sudah lebih indah dan tertata rapi. Banyak spot foto yang patut dicoba. Mulai dari batu bulat yang berlapis marmer, kursi dibawah pohon rindang, dan trotoar yang nyaman saat diinjak.
Kalau kamu suka jalan-jalan, bisa deh mencoba andong. Tarifnya bervariasi, kalau bisa menawar, jauh lebih baik tuh, irit kantong.
Makanan di Jogja bervariasi, harganya juga relatif terjangkau. Rasanya khas manis, pedas, gurih. Apalagi gudeg, manis banget.
Dulu, teman aku pernah cerita. Saat awal kuliah sih. Waktu itu, dia mau minta uang saku yang lebih banyak, kebetulan dia luar pulau Jawa. Terus, sama ibunya tidak dikasih. Alasannya, karena harga di Jogja itu relatif terjangkau. Jadi, ya untung banget, kalau diluar sana agak mahal. Di Jogja yang 2 ribu aja sudah nasi dan lauk. Namanya nasi kucing. Tapi, bukan nasi yang diberikan ke kucing yaa. Hanya saja porsinya sedikit, ditambah lauk berupa ikan asin dan sambel tempe.
Di Yogyakarta sendiri, banyak tempat sejarah yang bisa dikunjungi. Begitu pula objek wisata alam di area selatan Yogyakarta. Refreshing untuk meremajakan sel-sel kulit yaa.
Kalau biaya hidup, di Yogyakarta tidak terlalu mahal, terjangkau lah. Kemarin dapat cerita dari seorang Guru. Beliau mendapat gaji sebesar 5 juta per bulan, belum ditambah sertifikasi. Kemudian untuk keperluan sehari-hari selama satu bulan itu hanya membutuhkan sekitar 2 juta rupiah.
Oke, sekarang kita akan membahas tentang literasi yang ada di Yogyakarta. Setiap kegiatan yang ada di Jogja, bisa temen-temen baca disetiap media massa, baik koran, maupun majalah.
Kalau aku sendiri sih, belum banyak menulis tentang Yogyakarta. Tapi tenang, sudah banyak artikel yang membahas tentang keelokan sudut kota. Kultur budaya, keanekaragaman budaya dan karakter masyarakat sendiri.
Ternyata, di Jogja juga sudah banyak komunitas literasi. Mulai dari taman taman baca, perpustakaan dan lain sebagainya. Tapi, tak masalah, semuanya bisa dikunjungi. Sekaligus belajar lebih banyak tentang apa saja literasi yang cocok disini.
Sebagai asli Jogja sih, hidup di kota sendiri sangatlah nyaman, udara juga sejuk. Apalagi banyak orang dari luar Jogja. Menambah relasi dan lingkaran persahabatan. Mengenai komunitas, ya sebetulnya memang saya sendiri jarang bermain lebih banyak, mengunjungi komunitas di setiap sudut kota.
Keep calm aja, semua ada waktunya. Kesempatan kita memang berbeda. Namun, disetiap perbedaan akan menjadi keindahan yang sempurna.
#NgabubuwriteWithPenulisGarut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar